Birrul Walidain
Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban yang harus dilakasanakan oleh setiap anak.
Semoga article ini dapat menumbuhkan rasa kecintaan dan tanggungjawab kita sebagai seorang anak.
Al Birr berasal dari Bahasa Arab yang artinya kebaikan, berdasarkan sabda Rasulullah SAW. : “Al Birr adalah baiknya akhlaq“. (HR. Muslim)
Birrul Walidain بِرِّ الْوَالِدَيْنِ merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak beriman. Manakala wajibatul walid (kewajipan orang tua) adalah untuk mempersiapkan anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda Nabi SAW., “Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk boleh berbakti kepadanya”.
Hukum Birrul Walidain
Para Ulama’ Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada
kedua orang tua hukumnya adalah wajib.
Syari’at Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking
ke-dua setelah beribadah kepada Allah SWT. dengan mengesakan-Nya.
Dalil-dalil Shahih dan Sharih (jelas) banyak sekali, diantaranya
terdapat tiga ayat yang menunjukkan kewajipan yag khusus untuk berbuat
baik kepada kedua orang tua:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـًٔ۬اۖ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَـٰنً۬ا
“Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu
sekutukan Dia dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua ibu bapa“. (QS. An Nisa’ : 36).
وَقَضَىٰ
رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ
إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡڪِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ
كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ۬ وَلَا تَنۡہَرۡهُمَا وَقُل
لَّهُمَا قَوۡلاً۬ ڪَرِيمً۬ا
“Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan kepadaNya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam jagaan dan peliharaanmu, maka janganlah
engkau berkata kepada mereka (sebarang perkataan kasar) sekalipun
perkataan
“Ha” dan janganlah engkau menengking menyergah mereka, tetapi
katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun).“. (QS. Al Isra’: 23).
وَوَصَّيۡنَا
ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٲلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُ ۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٍ۬
وَفِصَـٰلُهُ ۥ فِى عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡڪُرۡ لِى وَلِوَٲلِدَيۡكَ إِلَىَّ
ٱلۡمَصِيرُ
“Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya;
ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan
(dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan
susunya ialah dalam masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah
kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua
tempat kembali (untuk menerima balasan).” (QS. Luqman : 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, “Tiga ayat dalam
Al Qur’an yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa
yang lainnya, kemudian Allah menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.: “bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibubapamu“, Berkata beliau. “Maka,
barangsiapa yang bersyukur kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur
pada kedua ibubapanya, tidak akan diterima (rasa syukurnya) dengan
sebab itu.”[iii].
Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: “Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua” (HR. Tirmidzi)[iv].
Keutamaan Birrul Walidain
1. أَحَبُّ اْلأَعْمَالِ إِلَى اللهِ بَعْدَ الصَّلاَةِ (amal yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas Solat) (
Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Mas’ud ra “Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi Allah ?” Rasulullah bersabda “Solat tepat pada waktunya”. Kemudian aku tanya lagi “Apa lagi selain itu ?” bersabda Rasulullah “Berbakti kepada kedua orang tua” Aku tanya lagi “ Apa lagi ?”. Jawab Rasulullah “Jihad dijalan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini tidak beerti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan jihad
fisabilillah menafikan kewajipan birrul walidain kerana Rasulullah SAW.
pernah menolak permohonan salah seorang sahabat untuk jihad fisabilillah
kerana masalah hubungan dengan kedua ibu bapanya. Lantas Rasulullah
SAW. memerintahkan beliau segera pulang menyelesaikan permasalahan
tersebut dahulu.
2. مُسْتَجَابُ الدَّعْوَةِ (doa mereka mustajab)
Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah ma’ruf
di tengah-tengah kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta
sewaktu kecil lalu ibunya seringkali berdoa agar Allah SWT. memulihkan
penglihatan beliau.
Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil,
Ibrahim ‘alaihis salam yang berkata kepadanya, ‘Wahai wanita, Allah
telah mengembalikan penglihatan anakmu karena begitu banyaknya kamu
berdoa.”
Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah mengembalikan penglihatannya.[v]
Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam akan manjurnya do’a orang tua pada anaknya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir.” (HR. Al Baihaqi[vi])
3. سَبَبُ نُزُوْلِ الرَّحْمَةِ (sebab turunnya rahmat)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang
ingin rezkinya diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi
berkah), hendaknya ia menjaga tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Bukan beerti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali
bila ia mendapatkan ayahnya sebagai hamba, lalu dia merdekakan.” (HR. Muslim)
5. Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat dari kedua orang tua ialah ibu)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah SAW. dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi SAW. menjawab, ’Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi SAW. menjawab, Bapakmu ” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.
Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan,
sungguh kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan
orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat
umur mereka sudah tua, namun tidak dapat membuatnya masuk Surga.” (HR. Muslim)
7. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.
Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “Mahukah
kalian kuberitahukan dosa besar yang terbesar?” Para Sahabat menjawab,
“Tentu mahu, wahai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.” Beliau
bersabda, “Berbuat syirik kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua.”
Kemudian, sambil bersandar, beliau bersabda lagi, “..ucapan dusta,
persaksian palsu..” Beliau terus meneruskan mengulang sabdanya itu,
sampai kami (para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR Bukhari
dan Muslim)
Melaksanakan Birrul Walidain
Semasa Mereka Masih Hidup
1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah
Sa’ad bin Abi Waqas – semoga Allah merahmatinya – menerapkan bagaiman
konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya. Saat ibunya mengetahui bahwa Sa’ad memeluk agama Islam,
ibunya mempengaruhi dia agar keluar dari Islam sedangkan Sa’ad terkenal
sebagai anak muda yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Ibunya
sampai mengancam kalau Sa’ad tidak keluar dari Islam maka ia tidak akan
makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut Sa’ad merayu
ibunya “ Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak akan
meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya”.
Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya…” (QS. Luqman: 15)
Tidak bosan-bosannya Sa’ad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik
kepadanya serta menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai
suatu ketika ibunya menyerah dan menghentikan mogok makannya.
2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang T
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapanya…” (QS. Al-Ahqaaf: 15)
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa…” (QS. An-Nisaa’: 36)
Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua
semakin tua dan lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat
memerlukan bantuan dan perhatian daripada anaknya.
Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut
ditauladani dalam berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya
telah memasuki usia yang sangat udzur, beliau masih melayan
bapanya dengan lemah lembut dan tidak pernah putus asa untuk mengajak
ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup lama berakhir
apabila ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 – 41 ayat yang do’a agar anak, cucu dan seluruh anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas Solat (mendirikan
Solat) dan diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan
yang diberikan Allah SWT kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.
3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan Rabb-mu telah
memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai,
Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil.’” (QS. Al-Israa’: 23-24)
4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka
Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya
menyalahi dengan Nabi Ibrahim ‘alaihiisalam tetapi tetap menunjukan
birrul walidain yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya. Dalam
menegur ayahnya beliau menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika
mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus dengan kata-kata yang lembut
sebagaimana dikisahkan Allah pada QS. 19 : 41-45.
5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Dari Anas bin Nadzr al-Asyja’i, beliau bercerita, suatu malam ibu dari
sahabat Ibnu Mas’ud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu
Mas’ud datang membawa air minum, ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya
Ibnu Mas’ud berdiri di dekat kepala ibunya sambil memegang bekas berisi
air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul walidain, karya
Ibnu Jauzi)
6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan.
Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan bertanya: “Ya, Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad?”
Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?”
Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan
cara berbakti) kepada keduanya.” (HR. Bukhari no. 3004, 5972, dan Muslim
no. 2549, dari Ibnu ‘Amr radhiyallahu ‘anhu)
7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang
laki-laki ketika ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.”
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir)
terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika
kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.
8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai Mereka
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik
kepada para saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka.
Yakni, dengan memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan
mereka, menunaikan janji-janji (orang tua) kepada mereka. Akan
disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah ini.
9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara
tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib
bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak
mereka.
10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk
salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang
tuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya, Rasulullah, apa ada orang yang
mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain
kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang
lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila Mereka Meninggal Dunia (بَعْدَ وَفَاتِهِمَا)
1. Mensolati/Berdo’a terhadap Keduanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi SAW bersabda, “Apabila
manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan
dirinya.” (HR. Muslim)
2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-Qur’an:
“Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…” (QS. Ibrahim: 41)
3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua
4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua
Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali
persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut
meninggal.” (HR. Muslim)
5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah
“Barang
siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia
meninggal.” (HR. Ibnu Hibban)
Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana
meninggal dunia saat Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya
Aminah. Dalam pendidikan birrul walidain ibunya mengajak Rasulullah
ketika berusia enam (6) tahun untuk berziarah kemakam ayahnya dengan
perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda beliau jatuh
sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia.
Setelah itu Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau
menunjukan sikap yang mulia kepada pamannya walaupun aqidah pamannya
berbeda dengan Rasulullah. Dan Rasulullah SAW. berbakti pula kepada
pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil Mutthalib.
i] Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an Jil 6 hal 238
[ii] Ghadzaul Al Baab 1/382
[iii] Al Kabaair milik Imam Adz Dzahabi hal 40
[iv] Riwayat Tirmidzi dalam Jami’nya (1/ 346), Hadits ini Shohih, lihat Silsilah Al Hadits Ash Shahiihah No. 516
[v]
Asy-Syifa` Ba’da Al-Maradhkarya Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy sebagai
yang dinukilnya dari kitab Hadyu as-Saary Fi Muqaddimah Shahih
al-Buukhary karya al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalany
[vi]
HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan hadits
ini shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 1797
Balasan bagi anak yang durhaka
Berikut adalah beberapa balasan yang akan diterima orang yang durhaka
kepada orang tuanya, yang saya sadur dari situs al-manhaj.or.id :
- Haram masuk surga - "Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap orang tuanya, dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku dalam keluarganya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh)". [H.R. Nasa'i dan Ahmad].
- Dimurka Allah SWT - "Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung pada murka kedua orang tua". (H.R. al-Hakim).
- Allah tidak menerima shalatnya - "Allah tidak akan menerima shalat orang dibenci kedua orang tuanya yang tidak menganiaya kepadanya." (H.R. Abu al-Hasan bin Makruf).
- Tidak diterima amal kebajikannya - "Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun fardu, yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan orang yang mendustakan takdir." (H.R. Thabrani).
- Mendapat "gelar" Kafir - "Jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa mengabaikan kedua orang tuamu, maka dia kafir." (H.R. Muslim)
- Balasan azab dengan segera didunia - al-Hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda, "setiap dosa akan dilahirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa mendurhakai kedua orang tua. Sesungguhnya Allah akan menyegerakan (balasan) kepada pelakunya didalam hidupnya sebelum mati."
- Tidak diampuni dosanya - Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda, "dikatakan kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua, "berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku tidak akan mengampunimu. "Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orang tua, perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengampunimu." (H.R. Abu Nu'aim).
- Membatalkan seluruh amal - "Ada tiga hal yang meyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, seorang alim yang dipermainkan oleh orang dungu dan jahil." (H.R. Thabrani).
- Haram mencium aroma surga - "Sesungguhnya aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun, dan demi Allah tidak akan mendapatinya barang siapa yang durhaka dan memutuskan silahturahim." (H.R. Thabrani).
- Terputusnya Rezeki - "Apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuanya, maka akan terputus rezekinya." (H.R. ad-Dailamy).
- Dibenci Allah - "Barang siapa ridha kepada kedua orang tuanya, berarti ia ridha kepada Allah. Dan barang siapa membenci kedua orang tuanya, sungguh dia membenci Allah." (H.R. Ibnu an-Najjar).
Semoga bermanfaat.
والله أعلمُ بالـصـواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar